*lanjutan*
Sebenarnya sebelum mempelajari telepati, sangat disarankan untuk mempelajari hipnotis. Loh?? Loh iya benar itu. Ilmu hipnotisme sudah mencakup banyak ilmu yang dibutuhkan dalam telepati. Di situ terdapat cara untuk memusatkan konsentrasi, memeperkuat sugesti, memperkuat tenaga magnetis. Jadi memancarkan dan menerima pesan-pesan telepati mudah dilakukan oleh mereka yang menguasai hipnotisme. Namun tetap dibutuhkan kesabaran dalam melakukan eksperimen. Cara berlatih pun harus dilakukan secara bertahap dan sungguh-sungguh.
Pernah saya mencoba berlatih tentang telepati ini ketika saya duduk di bangku SMP. Sebelum mencoba untuk berlatih memancarkan dan menerima, saya melakukan pemanasan dalam beberapa hari. Pemanasan dalam hal ini adalah melatih konsentrasi serta mencoba untuk memanfaatkan aliran cakra tubuh. Lupa-lupa ingat, latihan yang pertama kali saya jalani adalah konsentrasi ke sebuah titik kecil pada selembar kertas. Selama beberapa menit saya mencoba untuk fokus dan mulai menghitung angka dengan pola tertentu, misalnya menyebutkan bilangan genap dari 2 sampai 100 atau menjumlahkan bilangan mulai dari 1 sampai 100. Hal tersebut saya lakukan hanya dalam beberapa menit saja. Ya sekitar satu jam. Pada hari selanjutnya, kebetulan listrik di perumahan padam. Ketika rumah bercahayakan lilin, saya mengambil kesempatan untuk berlatih dengan menggunakan api lilin. Waktu itu saya pusatkan kosentrasi ke ujung lilin sambil mensugestikan bahwa lilin tersebut akan padam. Walaupun sulit memadamkan lilin dengan kekuatan pikiran, namun saya melihat sedikit gerakan api yang tidak biasa. Ketika saya tidak berkosentrasi ke lilin itu, gerakan api lilin terlihat hampir stabil. Namun setelah saya berkonsentrasi dengan sugesti, lilin bergerak ke kanan ke kiri dengan cukup cepat dan saya melihat ujung api lilin hampir terbelah menjadi dua. ^_^ Walaupun gagal, setidaknya ada ha yang cukup menarik ^^
Di sekolah (waktu masih di kelas 8A, SMPN 1 Surabaya) saya juga pernah melakukan eksperimen tebak kartu. Dibantu oleh seorang teman, saya berusaha menebak kartu yang teman saya pilih di antara beberapa deret kartu. Jadi teknisnya, sebelum teman saya mengacak deretan katu, saya mencoba untuk memberikan sedikit energi dalam kartu tersebut. Setelah diacak, saya merasakan energi dari masing-masing kartu. Kartu yang memiliki tolakan dan panas terbesarlah yang menjadi acuan saya. Dalam beberapa percobaan saya berhasil menebak dengan benar walapun lebih sering salah. Namun tidak menjadi masalah, karena dengan banyak berlatih kemampuan saya akan terasah dengan baik. ^_^
Orang yang tidak terlatih pun dapat menerima pesan atau perasaan dari jauh. Loh?? kok bisa?? Iya, manusia kan terdiri dari jasmani dan rohani. Hubungan secara rohani atau kejiwaan itu ada antara satu orang dengan yang lain, khususnya orang yang memiliki hubungan batin seperti ibu dengan anaknya. Misalnya saja seperti yang kita pernah lihat di sinetron, seorang ibu tiba-tiba tangannya kena pisa. Ternyata setelah itu ibu tersebut mendapat kabar bahwa anaknya kecelakaan. Ingatan orang yang sedang menghadapi masalah, kualitasnya hampir sama dengan kosentrasi yang dilakukan orang-orang yang terlatih, karena telepati terjadi akibat adanya hubungan kejiwaan atau batin.
Telepati menjadi ilmu yang baik apabila dikuasai oleh orang yang baik. Sebaliknya, telepati bisa menjadi ilmu yang jahat apabila dikuasai oleh orang yang jahat. Jadi yang menentukan baik dan buruknya adalah bagaimana sesorang memanfaatkan, dalam hal ini lebih menekankan pada tujuan orang tersebut menggunakan telepati.
Sekarang saya ingin sedikit membicarakan contoh penggunaan telepati. Ya sebenarnya banyak sekali penggunaannya sama halnya dengan hipnotis. Tapi setidaknya, saya tahu beberapa dan sedikit menjelaskan kepada pembaca. Loh kok sedikit?? Iya karena lagi capek nulis ini. Jadi lain kesempatan mungkin akan dijelaskan secara detil. Karena mungkin pembahasannya berdasarkan sudut pandang dan hasil penelitian serta pengamatan, maka pasti ada yang kurang. Jadi harap dimaklumi ^_^
Salah satu hal berkaitan dengan telepati yang sering secara langsung maupun tidak langsung sering saya rasakan adalah membaca karakter sesorang. Mungkin secara psikologis, karakter seseorang dapat ditinjau dari banyak hal, misalnya dari tulisannya, cara bicara, cara berpakaian, cara duduk, cara berdiri, raut wajah, tatapan mata, dsb. Namun ada satu cara yang cukup sulit, namun memberikan hasil yang cukup baik adalah dengan membaca aura tubuh. Loh?? Emang bisa toh? Siapa bilang tidak bisa. Kan ada alat pendeteksi warna aura? Weleh-weleh... mana ada uang buat beli alat itu?hehehe ^_^ cara yang saya lakukan adalah dengan menggabungkan konsep konsentrasi dan tatapan mata. Tapi... karena kekuatan kosentrasi saya belum mampu untuk membaca warna aura tubuh, maka saya hanya bisa merasakannya. Ada teman saya namanya Reyan, dia teman seperjuangan saat belajar tenaga dalam waktu smp. Kata dia, warna aura saya adalah merah tua dan bercahaya. Atau mungkin merah cerah gitu ya?? hehehe.. Saya tidak tahu maksud dari warna-warna aura. Mungkin bagi yang pinter psikologi tahu artinya ^_^ Jadi tanpa harus "PDKT" saya bisa mengetahui karakter seseorang dengan sekali melihat. Ya tapi harus saya akui bahwa kemampuan itu sekarang sudah jauh berkurang karena jarang dilatih dan digunakan ^_^
Baiklah. Karena ini sudah larut malam, saya pending dulu penjelasan tentang hal ini. Pada artikel selanjutnya, akan dijelaskan tentang konsep membaca aura tubuh sesuai dengan pengalaman, penelitian, dan pengamatan saya. Jadi pada penjelasan nanti sebagian dari buah pikir saya sendiri. Mungkin baru pada saat penjelasan yang lebih ilmiah dan rinci, akan saya cari referensi yang sangat mendukung hasil analisa saya. ^_^
*bersambung*
By : Eryk Budi Pratama
Sebenarnya sebelum mempelajari telepati, sangat disarankan untuk mempelajari hipnotis. Loh?? Loh iya benar itu. Ilmu hipnotisme sudah mencakup banyak ilmu yang dibutuhkan dalam telepati. Di situ terdapat cara untuk memusatkan konsentrasi, memeperkuat sugesti, memperkuat tenaga magnetis. Jadi memancarkan dan menerima pesan-pesan telepati mudah dilakukan oleh mereka yang menguasai hipnotisme. Namun tetap dibutuhkan kesabaran dalam melakukan eksperimen. Cara berlatih pun harus dilakukan secara bertahap dan sungguh-sungguh.
Pernah saya mencoba berlatih tentang telepati ini ketika saya duduk di bangku SMP. Sebelum mencoba untuk berlatih memancarkan dan menerima, saya melakukan pemanasan dalam beberapa hari. Pemanasan dalam hal ini adalah melatih konsentrasi serta mencoba untuk memanfaatkan aliran cakra tubuh. Lupa-lupa ingat, latihan yang pertama kali saya jalani adalah konsentrasi ke sebuah titik kecil pada selembar kertas. Selama beberapa menit saya mencoba untuk fokus dan mulai menghitung angka dengan pola tertentu, misalnya menyebutkan bilangan genap dari 2 sampai 100 atau menjumlahkan bilangan mulai dari 1 sampai 100. Hal tersebut saya lakukan hanya dalam beberapa menit saja. Ya sekitar satu jam. Pada hari selanjutnya, kebetulan listrik di perumahan padam. Ketika rumah bercahayakan lilin, saya mengambil kesempatan untuk berlatih dengan menggunakan api lilin. Waktu itu saya pusatkan kosentrasi ke ujung lilin sambil mensugestikan bahwa lilin tersebut akan padam. Walaupun sulit memadamkan lilin dengan kekuatan pikiran, namun saya melihat sedikit gerakan api yang tidak biasa. Ketika saya tidak berkosentrasi ke lilin itu, gerakan api lilin terlihat hampir stabil. Namun setelah saya berkonsentrasi dengan sugesti, lilin bergerak ke kanan ke kiri dengan cukup cepat dan saya melihat ujung api lilin hampir terbelah menjadi dua. ^_^ Walaupun gagal, setidaknya ada ha yang cukup menarik ^^
Di sekolah (waktu masih di kelas 8A, SMPN 1 Surabaya) saya juga pernah melakukan eksperimen tebak kartu. Dibantu oleh seorang teman, saya berusaha menebak kartu yang teman saya pilih di antara beberapa deret kartu. Jadi teknisnya, sebelum teman saya mengacak deretan katu, saya mencoba untuk memberikan sedikit energi dalam kartu tersebut. Setelah diacak, saya merasakan energi dari masing-masing kartu. Kartu yang memiliki tolakan dan panas terbesarlah yang menjadi acuan saya. Dalam beberapa percobaan saya berhasil menebak dengan benar walapun lebih sering salah. Namun tidak menjadi masalah, karena dengan banyak berlatih kemampuan saya akan terasah dengan baik. ^_^
Orang yang tidak terlatih pun dapat menerima pesan atau perasaan dari jauh. Loh?? kok bisa?? Iya, manusia kan terdiri dari jasmani dan rohani. Hubungan secara rohani atau kejiwaan itu ada antara satu orang dengan yang lain, khususnya orang yang memiliki hubungan batin seperti ibu dengan anaknya. Misalnya saja seperti yang kita pernah lihat di sinetron, seorang ibu tiba-tiba tangannya kena pisa. Ternyata setelah itu ibu tersebut mendapat kabar bahwa anaknya kecelakaan. Ingatan orang yang sedang menghadapi masalah, kualitasnya hampir sama dengan kosentrasi yang dilakukan orang-orang yang terlatih, karena telepati terjadi akibat adanya hubungan kejiwaan atau batin.
Telepati menjadi ilmu yang baik apabila dikuasai oleh orang yang baik. Sebaliknya, telepati bisa menjadi ilmu yang jahat apabila dikuasai oleh orang yang jahat. Jadi yang menentukan baik dan buruknya adalah bagaimana sesorang memanfaatkan, dalam hal ini lebih menekankan pada tujuan orang tersebut menggunakan telepati.
Sekarang saya ingin sedikit membicarakan contoh penggunaan telepati. Ya sebenarnya banyak sekali penggunaannya sama halnya dengan hipnotis. Tapi setidaknya, saya tahu beberapa dan sedikit menjelaskan kepada pembaca. Loh kok sedikit?? Iya karena lagi capek nulis ini. Jadi lain kesempatan mungkin akan dijelaskan secara detil. Karena mungkin pembahasannya berdasarkan sudut pandang dan hasil penelitian serta pengamatan, maka pasti ada yang kurang. Jadi harap dimaklumi ^_^
Salah satu hal berkaitan dengan telepati yang sering secara langsung maupun tidak langsung sering saya rasakan adalah membaca karakter sesorang. Mungkin secara psikologis, karakter seseorang dapat ditinjau dari banyak hal, misalnya dari tulisannya, cara bicara, cara berpakaian, cara duduk, cara berdiri, raut wajah, tatapan mata, dsb. Namun ada satu cara yang cukup sulit, namun memberikan hasil yang cukup baik adalah dengan membaca aura tubuh. Loh?? Emang bisa toh? Siapa bilang tidak bisa. Kan ada alat pendeteksi warna aura? Weleh-weleh... mana ada uang buat beli alat itu?hehehe ^_^ cara yang saya lakukan adalah dengan menggabungkan konsep konsentrasi dan tatapan mata. Tapi... karena kekuatan kosentrasi saya belum mampu untuk membaca warna aura tubuh, maka saya hanya bisa merasakannya. Ada teman saya namanya Reyan, dia teman seperjuangan saat belajar tenaga dalam waktu smp. Kata dia, warna aura saya adalah merah tua dan bercahaya. Atau mungkin merah cerah gitu ya?? hehehe.. Saya tidak tahu maksud dari warna-warna aura. Mungkin bagi yang pinter psikologi tahu artinya ^_^ Jadi tanpa harus "PDKT" saya bisa mengetahui karakter seseorang dengan sekali melihat. Ya tapi harus saya akui bahwa kemampuan itu sekarang sudah jauh berkurang karena jarang dilatih dan digunakan ^_^
Baiklah. Karena ini sudah larut malam, saya pending dulu penjelasan tentang hal ini. Pada artikel selanjutnya, akan dijelaskan tentang konsep membaca aura tubuh sesuai dengan pengalaman, penelitian, dan pengamatan saya. Jadi pada penjelasan nanti sebagian dari buah pikir saya sendiri. Mungkin baru pada saat penjelasan yang lebih ilmiah dan rinci, akan saya cari referensi yang sangat mendukung hasil analisa saya. ^_^
*bersambung*
By : Eryk Budi Pratama