Alhamdulillah kali ini saya ada kesempatan untuk berbagi tulisan kepada pembaca. Sebenarnya saya agak bingung cari judul. Dalam tulisan ini saya akan coba berbagi pandangan mengenai pentingnya seorang konsultan IT dalam menguasai keahlian lain yang tentunya selain IT. Artikel ini akan saya bagi jadi 3 bagian, yaitu pengenalan secara umum latar belakang karier saya, penjelasan kemampuan apa saja yang idealnya dikuasai konsultan IT, dan perusahaan yang bagus untuk mengasah kemampuan konsultansi IT. Sebagai catatan bahwa ini tulisan ini adalah sudut pandang dari pengalaman saya sebagai konsultan IT dan hasil membaca dari beberapa referensi tulisan blog.
Latar Belakang Karier
IT merupakan passion saya sejak SD dahulu. Believe or not, waktu kelas 3 SD dulu saya belajar CMD pakai sistem operasi DOS. Hingga akhirnya saya belajar hampir semua area di IT terhitung dari SD sampai saat ini saya berkarier sebagai konsultan IT di salah satu Big 4. Mengawali karier secara resmi setelah lulus kuliah di Big 4, saya memiliki beberapa pengalaman di bidang IT, khususnya yang terkait dengan keamanan informasi. Pembaca dapat membaca tulisan saya tentang beberapa hal yang saya kerjakan di EY dulu sebelum akhirnya saya pindah ke perusahaan lain. Link: ini , ini , dan ini.
Kalau pembaca sudah membaca tautan di atas, secara umum disimpulkan bahwa saya banyak berkecimpung di area keamanan informasi, tata kelola dan manajemen IT, manajemen risiko IT, dan arsitektur IT. Tak lengkap rasanya jika tidak menguasai IT dari sisi implementasi teknologi. Oleh sebab itu saya pindah ke salah satu perusahaan system integrator multinasional, yaitu Dimension Data. Melalui perusahaan yang luar biasa ini saya belajar mengenai implementasi teknologi khususnya keamanan IT. Selain itu saya memiliki kesempatan untuk terlibat dalam area Digital Transformation. Saat ini saya berkarier di PwC, salah satu Big 4 juga. Kurang lebihnya yang saya kerjakan sama dengan saat masih di EY dulu.
Believe or not, di luar proyek-proyek yang saya kerjakan selama di EY, Dimension Data, dan PwC yang tentunya terkait dengan area IT Security, IT Governance, Risk, Compliance (GRC), IT Strategy & Management, dan Enterprise Architecture, ada bidang-bidang lain yang saya asah. Saya tidak bisa cerita di blog ini. Untuk mengetahui lebih jauh, mari kopdar :))
Tentunya kemampuan teknis sesuai bidang keahlian itu sangat penting. Namun konsultan IT perlu untuk memahami area di sekitar IT. Merujuk ke beberapa artikel yang telah saya baca (ini, ini, ini), berikut adalah kemampuan yang menurut saya perlu untuk dikuasai oleh konsultan IT di luar dari keahlian spesifiknya (keahlian teknis) di area mana:
Business Development Skill
Menurut pengalaman, idealnya inilah hal pertama yang didapatkan dan harus dikuasai oleh konsultan IT. Ketika kita baru bergabung di perusahaan konsultan, anggap saja di level freshgrad, jika memang kita sedang tidak diikutkan ke proyek tertentu maka biasanya kita diminta bantu atasan kita untuk Business Development. Kalau di level Manager ke bawah biasanya ngapain aja? Misalnya bantu bikin proposal teknis, mengurus kelengkapan administrasi untuk tender (misal CV, daftar pengalaman proyek perusahaan, dll.), menghadiri aanwizing, dll. Hal-hal terkait client relationship, perencanaan budget, perencanaan sales pipeline, dsb biasanya dikerjakan oleh level Manager ke atas. Ini case untuk di Big 4. Di perusahaan lain biasanya ada bagiannya sendiri. Tapi tidak ada salahnya kan menguasai business development secara end-to-end untuk meningkatkan value kita. Karena pada akhirnya no selling no project no money :))
Saya pernah menulis artikel terkait SPIN Selling. Ini adalah salah satu teknik sederhana dalam menjual layanan / solusi.
Communication Skill
Apapun jenis proyeknya, hasil dari assessment tentunya disampaikan secara verbal kepada manusia, bukan komputer. Menurut pengalaman dan pengamatan, banyak praktisi IT yang masih belum bisa menentukan penggunaan kalimat yang cocok untuk orang awam/non-teknis. Saya sendiri pernah mengalami hal ini, bagaimana membuat hal teknis dapat dipahami dengan bahasa yang manusiawi. Beberapa proyek yang saya kerjakan exposurenya sampai ke level top management / BoD, sehingga tidak mungkin saya menggunakan bahasa teknis ketika memaparkan hasil assessment. Kebanyakan hasil assessment disampaikan dalam bentuk workshop atau konsinyering. Biasanya target audience sudah ditentukan. Beruntunglah kalau sesi presentasi ke BoD dan ke level subordinatenya dipisah, kalau digabung gimana? Tenang saja biasanya BoD dan tim teknis punya sesi yang beda :) Konsultan IT harus bisa jadi "fasilitator" untuk stakeholder.
Sebagai konsultan IT juga harus memiliki rasa percaya diri dalam menentukan suatu keputusan. Rasa percaya diri akan tercermin dari cara kita berkomunikasi. Lah kalau menyampaikan rekomendasi kelihatan ragu-ragu, berarti hasil assessmentnya meragukan donk? Bisa jadi.
Seorang konsultan IT juga harus bisa menjadi "customer service" yang baik, bahkan teman curhat yang baik untuk menjaga relationship dengan client. At the end, client will focus on you, whatever the company behind you. (Menurut pengalaman pribadi saya sih karena sudah ada buktinya, hehe)
Leadership and Management Skill
Pada level tertentu, kemampuan dalam mengelola tim dan mengembangkan tim (coaching) sangat diperlukan. Memang kita kerja untuk diri sendiri, tapi mengembangkan kemampuan tim sangat penting bagi kelangsungan hidup tim kita. Tentunya anda ingin tim anda diisi orang-orang yang hebat dan bisa saling bekerja sama kan? Pada kondisi tertentu kita mungkin akan dihadapkan pada kondisi sedang ada beberapa proyek dan aktivitas business development yang berjalan paralel. Kemampuan dalam manajemen proyek dan waktu memegang peranan yang kritikal bagi kesuksesan proyek.
Setiap perusahaan pasti menerapkan KPI baik untuk divisi/service line maupun individu. Menurut saya kemampuan dalam team management, team development, time management, dan project management dapat membantu kita untuk mencapai KPI yang ditentukan, terutama yang terkait dengan utilisasi personil.
Documentation and Reporting Skill
Ini salah satu penyakit rekan-rekan konsultan IT (yang teknis), yaitu kemampuan dalam dokumentasi dan pembuatan laporan dari hasil assessment. Saat awal-awal kerja dulu saya pernah mengalami hal tersebut, terutama ketika pembuatan proposal dan laporan assessment. Menurut saya, beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penulisan laporan adalah alur penyajian dokumentasi, pemilihan kata dan kalimat (EYD untuk Bahasa Indonesia atau grammar untuk Bahasa Inggris), penggunaan tanda baca, layout / design / estetika dari laporan, dan yang suka khilaf adalah TYPO :))
Menurut saya "harga" dari konsultan juga tercermin selain dari kualitas konten laporan/dokumentasi, juga penyajian laporan yang memperhatikan hal-hal yang telah saya sebutkan di atas. Untuk aktivitas business development itu sendiri, memang saat tender hampir faktor "financial" jadi patokan utama (biasanya yang paling murah yang menang). Namun selama saya kerja, penyusunan proposal tetap harus "berkualitas". Beruntunglah kalau tendernya project yang sudah pernah dikerjakan sehingga memudahkan pekerjaan saya dalam pembuatan proposal :))
Client's and/or Industry Business Process Expertise
Memang konsultan IT dituntut untuk menguasai bidang IT tertentu, namun pada dasarnya jasa kita dibutuhkan untuk membuat bisnis klien menjadi lebih baik. Bagaimana kita bisa membantu klien untuk meningkatkan kinerja operasional bisnis dari aspek IT kalau kita tidak memahami proses bisnis klien? Konsultan IT dituntut untuk bisa menyampaikan "bahasa bisnis" yang baik. Hal ini masih ada kaitannya dengan kemampuan dalam komunikasi dan dokumentasi.
Kalau kita belajar teorinya kan IT harus bisa sejalan (align) dengan bisnis. Strategi IT harus bisa mendukung dan selaras dengan strategi bisnis. Bagaimana kita bisa menyelaraskan inisiatif IT kalau tidak bisa memahami kebutuhan perusahaan? Bagaimana kita bisa memahami kebutuhan perusahaan kalau tidak memahami organisasi perusahaan? Bagaimana kita bisa memahami organisasi perusahaan kalau tidak memahami bagaimana bisnis berjalan?
Lebih jauh lagi, banyak keterkaitan IT dengan aspek operasional bisnis. Dalam proyek yang terkait dengan peningkatan kapabilitas IT secara enterprise dan bahkan yang khusus ke kapabilitas IT Security, saya juga membutuhkan sesi diskusi / interview dengan beberapa unit bisnis. Bahkan dalam proyek IT tertentu, semua unit bisnis kebagian untuk saya interview. Tujuan utamanya adalah agar saya bisa mendapatkan perspektif dari segala penjuru sehingga pada nantinya rekomendasi yang diberikan memang sesuai dan lebih representif terhadap kondisi perusahaan.
Kalau memang kita lebih banyak klien di industri keuangan, saya sarankan belajar proses bisnis di industri keuangan (misalnya bank atau asuransi). Tentunya memahami proses bisnis di klien wajib hukumnya karena walaupun ada beberapa klien di industri yang sama, tapi bisa jadi beberapa bagian ada perbedaan. Cuma nantinya disesuaikan dengan jenis proyeknya, karena tidak semua proyek juga menuntuk kita untuk memahami proses bisnis secara end-to-end. Seperti misalnya proyek penetration testing, minimal kita paham alur aplikasi/sistemnya, tidak harus sampai ke proses bisnis yang di luar ruang lingkup. Atau dalam salah satu proyek tranformasi, tim saya hanya mengumpulkan informasi dari unit bisnis terkait saja, tidak semua unit bisnis di perusahaan klien.
Problem Solving and Analytical Skill
Sebagai konsultan IT, tentu wajib memiliki kemampuan dalam problem solving dan analisis. Tentunya hal tersebut ditunjang dengan kemampuan kita dalam memahami permasalahan. Pemahaman terhadap permasalahan dan juga kemampuan dalam menentukan rekomendasi perbaikan tentunya didukung oleh pemahaman kita, baik dari pengalaman sebelumnya maupun dari literatur/dokumentasi yang telah kita pahami untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.
Menurut saya kata kuncinya adalah fast learner dan palugada skill. Kita dituntut untuk dapat cepat memahami dan beradaptasi dengan kondisi klien. Menurut saya kemampuan PALUGADA (apa lu mau gua ada) di suatu kondisi dapat membantu kita dalam menyelesaikan sebuah permasalahan. Dan hal yang menurut saya cukup penting adalah sebisa mungkin kita jangan saklek / kaku atas hasil assessment yang kita berikan ke klien. Misalnya menurut kita A, tapi klien maunya B. Dalam banyak kondisi, tentunya kita harus bisa membuat kesepakatan, entah itu A- atau B+ disesuaikan dengan kondisi lapangan. Tapi gak ada salahnya juga kita tetap mengajukan A asalkan dengan alasan/landasan yang memang dapat diterima kedua pihak.
Kalau diperhatikan, yang dijual konsultan adalah metodologi (best practice). Untuk konsultan IT, selain metodologi juga tentunya pengembangan dan implementasi sistem, tergantung bisnis yang dijalankan perusahaan tersebut. Di Indonesia sendiri ada yang memang perusahaan IT fokus di jasa konsultansi IT, ada juga yang fokus di pengembangan dan implementasi sistem, dan ada juga yang menjalankan keduanya. Saat saya di Big 4, saya banyak belajar dari sisi people, process, dan bisnis. Saat di perusahaan system integrator, saya banyak belajar dari sisi teknologi (walaupun saat ini perusahaan mengembangkan bisnis ke consulting juga). Saat ini saya memilih berkarier dulu di perusahaan consulting global karena saya ingin mempelajari banyak metodologi (best practice) agar dapat membantu klien dalam menyelesaikan permasalahan baik dari sisi IT maupun bisnis.
Menurut saya yang mahal adalah informasi dan pengalaman yang saya butuhkan untuk business development (misalnya contoh proposal, go to market, benchmark, sales presentation, studi kasus, dll), project delivery (methodology, contoh deliverables, working paper, dll), dan informasi-informasi lain yang tentunya resourcesnya bersifat global. Dari situ saya bisa belajar consulting di negara lain seperti apa.
Pada dasarnya masing-masing bagian di atas butuh ruang tersendiri untuk dijelaskan lebih banyak. Mungkin di lain kesempatan saya bisa tulis lebih komprehensif.
Kesimpulannya adalah untuk mendapatkan service yang premium tentunya biayanya tidaklah murah. Ada alasan tertentu mengapa klien mau mengeluarkan uang lebih untuk menggunakan jasa perusahaan consulting global seperti Big 4, MBB (McKinsey, BCG, Bain), Accenture, dsb. Perusahaan global dan lokal punya pasarnya sendiri, walaupun di banyak kesempatan pasti ketemu di tender. Sekali lagi, tulisan ini adalah subjektif dari pengalaman saya pribadi. Saya yakin rekan-rekan punya preferensi yang mungkin berbeda.
Sekian tulisan singkat saya. Semoga bermanfaat :)
Salam,
Eryk Budi Pratama
Kalau pembaca sudah membaca tautan di atas, secara umum disimpulkan bahwa saya banyak berkecimpung di area keamanan informasi, tata kelola dan manajemen IT, manajemen risiko IT, dan arsitektur IT. Tak lengkap rasanya jika tidak menguasai IT dari sisi implementasi teknologi. Oleh sebab itu saya pindah ke salah satu perusahaan system integrator multinasional, yaitu Dimension Data. Melalui perusahaan yang luar biasa ini saya belajar mengenai implementasi teknologi khususnya keamanan IT. Selain itu saya memiliki kesempatan untuk terlibat dalam area Digital Transformation. Saat ini saya berkarier di PwC, salah satu Big 4 juga. Kurang lebihnya yang saya kerjakan sama dengan saat masih di EY dulu.
Believe or not, di luar proyek-proyek yang saya kerjakan selama di EY, Dimension Data, dan PwC yang tentunya terkait dengan area IT Security, IT Governance, Risk, Compliance (GRC), IT Strategy & Management, dan Enterprise Architecture, ada bidang-bidang lain yang saya asah. Saya tidak bisa cerita di blog ini. Untuk mengetahui lebih jauh, mari kopdar :))
Kemampuan Ideal Konsultan IT
Pada dasarnya cakupan kerja konsultan IT bisa sangat luas. Tentunya dengan penjelasan di latar belajang karier saya, pembaca dapat memahami bahwa area kerja saya di luar pengembangan dan implementasi software (meskipun secara informal saya ada pengalaman di software development).Tentunya kemampuan teknis sesuai bidang keahlian itu sangat penting. Namun konsultan IT perlu untuk memahami area di sekitar IT. Merujuk ke beberapa artikel yang telah saya baca (ini, ini, ini), berikut adalah kemampuan yang menurut saya perlu untuk dikuasai oleh konsultan IT di luar dari keahlian spesifiknya (keahlian teknis) di area mana:
Business Development Skill
Menurut pengalaman, idealnya inilah hal pertama yang didapatkan dan harus dikuasai oleh konsultan IT. Ketika kita baru bergabung di perusahaan konsultan, anggap saja di level freshgrad, jika memang kita sedang tidak diikutkan ke proyek tertentu maka biasanya kita diminta bantu atasan kita untuk Business Development. Kalau di level Manager ke bawah biasanya ngapain aja? Misalnya bantu bikin proposal teknis, mengurus kelengkapan administrasi untuk tender (misal CV, daftar pengalaman proyek perusahaan, dll.), menghadiri aanwizing, dll. Hal-hal terkait client relationship, perencanaan budget, perencanaan sales pipeline, dsb biasanya dikerjakan oleh level Manager ke atas. Ini case untuk di Big 4. Di perusahaan lain biasanya ada bagiannya sendiri. Tapi tidak ada salahnya kan menguasai business development secara end-to-end untuk meningkatkan value kita. Karena pada akhirnya no selling no project no money :))
Saya pernah menulis artikel terkait SPIN Selling. Ini adalah salah satu teknik sederhana dalam menjual layanan / solusi.
Communication Skill
Apapun jenis proyeknya, hasil dari assessment tentunya disampaikan secara verbal kepada manusia, bukan komputer. Menurut pengalaman dan pengamatan, banyak praktisi IT yang masih belum bisa menentukan penggunaan kalimat yang cocok untuk orang awam/non-teknis. Saya sendiri pernah mengalami hal ini, bagaimana membuat hal teknis dapat dipahami dengan bahasa yang manusiawi. Beberapa proyek yang saya kerjakan exposurenya sampai ke level top management / BoD, sehingga tidak mungkin saya menggunakan bahasa teknis ketika memaparkan hasil assessment. Kebanyakan hasil assessment disampaikan dalam bentuk workshop atau konsinyering. Biasanya target audience sudah ditentukan. Beruntunglah kalau sesi presentasi ke BoD dan ke level subordinatenya dipisah, kalau digabung gimana? Tenang saja biasanya BoD dan tim teknis punya sesi yang beda :) Konsultan IT harus bisa jadi "fasilitator" untuk stakeholder.
Sebagai konsultan IT juga harus memiliki rasa percaya diri dalam menentukan suatu keputusan. Rasa percaya diri akan tercermin dari cara kita berkomunikasi. Lah kalau menyampaikan rekomendasi kelihatan ragu-ragu, berarti hasil assessmentnya meragukan donk? Bisa jadi.
Seorang konsultan IT juga harus bisa menjadi "customer service" yang baik, bahkan teman curhat yang baik untuk menjaga relationship dengan client. At the end, client will focus on you, whatever the company behind you. (Menurut pengalaman pribadi saya sih karena sudah ada buktinya, hehe)
Leadership and Management Skill
Pada level tertentu, kemampuan dalam mengelola tim dan mengembangkan tim (coaching) sangat diperlukan. Memang kita kerja untuk diri sendiri, tapi mengembangkan kemampuan tim sangat penting bagi kelangsungan hidup tim kita. Tentunya anda ingin tim anda diisi orang-orang yang hebat dan bisa saling bekerja sama kan? Pada kondisi tertentu kita mungkin akan dihadapkan pada kondisi sedang ada beberapa proyek dan aktivitas business development yang berjalan paralel. Kemampuan dalam manajemen proyek dan waktu memegang peranan yang kritikal bagi kesuksesan proyek.
Setiap perusahaan pasti menerapkan KPI baik untuk divisi/service line maupun individu. Menurut saya kemampuan dalam team management, team development, time management, dan project management dapat membantu kita untuk mencapai KPI yang ditentukan, terutama yang terkait dengan utilisasi personil.
Documentation and Reporting Skill
Ini salah satu penyakit rekan-rekan konsultan IT (yang teknis), yaitu kemampuan dalam dokumentasi dan pembuatan laporan dari hasil assessment. Saat awal-awal kerja dulu saya pernah mengalami hal tersebut, terutama ketika pembuatan proposal dan laporan assessment. Menurut saya, beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penulisan laporan adalah alur penyajian dokumentasi, pemilihan kata dan kalimat (EYD untuk Bahasa Indonesia atau grammar untuk Bahasa Inggris), penggunaan tanda baca, layout / design / estetika dari laporan, dan yang suka khilaf adalah TYPO :))
Menurut saya "harga" dari konsultan juga tercermin selain dari kualitas konten laporan/dokumentasi, juga penyajian laporan yang memperhatikan hal-hal yang telah saya sebutkan di atas. Untuk aktivitas business development itu sendiri, memang saat tender hampir faktor "financial" jadi patokan utama (biasanya yang paling murah yang menang). Namun selama saya kerja, penyusunan proposal tetap harus "berkualitas". Beruntunglah kalau tendernya project yang sudah pernah dikerjakan sehingga memudahkan pekerjaan saya dalam pembuatan proposal :))
Client's and/or Industry Business Process Expertise
Memang konsultan IT dituntut untuk menguasai bidang IT tertentu, namun pada dasarnya jasa kita dibutuhkan untuk membuat bisnis klien menjadi lebih baik. Bagaimana kita bisa membantu klien untuk meningkatkan kinerja operasional bisnis dari aspek IT kalau kita tidak memahami proses bisnis klien? Konsultan IT dituntut untuk bisa menyampaikan "bahasa bisnis" yang baik. Hal ini masih ada kaitannya dengan kemampuan dalam komunikasi dan dokumentasi.
Kalau kita belajar teorinya kan IT harus bisa sejalan (align) dengan bisnis. Strategi IT harus bisa mendukung dan selaras dengan strategi bisnis. Bagaimana kita bisa menyelaraskan inisiatif IT kalau tidak bisa memahami kebutuhan perusahaan? Bagaimana kita bisa memahami kebutuhan perusahaan kalau tidak memahami organisasi perusahaan? Bagaimana kita bisa memahami organisasi perusahaan kalau tidak memahami bagaimana bisnis berjalan?
Lebih jauh lagi, banyak keterkaitan IT dengan aspek operasional bisnis. Dalam proyek yang terkait dengan peningkatan kapabilitas IT secara enterprise dan bahkan yang khusus ke kapabilitas IT Security, saya juga membutuhkan sesi diskusi / interview dengan beberapa unit bisnis. Bahkan dalam proyek IT tertentu, semua unit bisnis kebagian untuk saya interview. Tujuan utamanya adalah agar saya bisa mendapatkan perspektif dari segala penjuru sehingga pada nantinya rekomendasi yang diberikan memang sesuai dan lebih representif terhadap kondisi perusahaan.
Kalau memang kita lebih banyak klien di industri keuangan, saya sarankan belajar proses bisnis di industri keuangan (misalnya bank atau asuransi). Tentunya memahami proses bisnis di klien wajib hukumnya karena walaupun ada beberapa klien di industri yang sama, tapi bisa jadi beberapa bagian ada perbedaan. Cuma nantinya disesuaikan dengan jenis proyeknya, karena tidak semua proyek juga menuntuk kita untuk memahami proses bisnis secara end-to-end. Seperti misalnya proyek penetration testing, minimal kita paham alur aplikasi/sistemnya, tidak harus sampai ke proses bisnis yang di luar ruang lingkup. Atau dalam salah satu proyek tranformasi, tim saya hanya mengumpulkan informasi dari unit bisnis terkait saja, tidak semua unit bisnis di perusahaan klien.
Problem Solving and Analytical Skill
Sebagai konsultan IT, tentu wajib memiliki kemampuan dalam problem solving dan analisis. Tentunya hal tersebut ditunjang dengan kemampuan kita dalam memahami permasalahan. Pemahaman terhadap permasalahan dan juga kemampuan dalam menentukan rekomendasi perbaikan tentunya didukung oleh pemahaman kita, baik dari pengalaman sebelumnya maupun dari literatur/dokumentasi yang telah kita pahami untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.
Menurut saya kata kuncinya adalah fast learner dan palugada skill. Kita dituntut untuk dapat cepat memahami dan beradaptasi dengan kondisi klien. Menurut saya kemampuan PALUGADA (apa lu mau gua ada) di suatu kondisi dapat membantu kita dalam menyelesaikan sebuah permasalahan. Dan hal yang menurut saya cukup penting adalah sebisa mungkin kita jangan saklek / kaku atas hasil assessment yang kita berikan ke klien. Misalnya menurut kita A, tapi klien maunya B. Dalam banyak kondisi, tentunya kita harus bisa membuat kesepakatan, entah itu A- atau B+ disesuaikan dengan kondisi lapangan. Tapi gak ada salahnya juga kita tetap mengajukan A asalkan dengan alasan/landasan yang memang dapat diterima kedua pihak.
Kalau diperhatikan, yang dijual konsultan adalah metodologi (best practice). Untuk konsultan IT, selain metodologi juga tentunya pengembangan dan implementasi sistem, tergantung bisnis yang dijalankan perusahaan tersebut. Di Indonesia sendiri ada yang memang perusahaan IT fokus di jasa konsultansi IT, ada juga yang fokus di pengembangan dan implementasi sistem, dan ada juga yang menjalankan keduanya. Saat saya di Big 4, saya banyak belajar dari sisi people, process, dan bisnis. Saat di perusahaan system integrator, saya banyak belajar dari sisi teknologi (walaupun saat ini perusahaan mengembangkan bisnis ke consulting juga). Saat ini saya memilih berkarier dulu di perusahaan consulting global karena saya ingin mempelajari banyak metodologi (best practice) agar dapat membantu klien dalam menyelesaikan permasalahan baik dari sisi IT maupun bisnis.
Menurut saya yang mahal adalah informasi dan pengalaman yang saya butuhkan untuk business development (misalnya contoh proposal, go to market, benchmark, sales presentation, studi kasus, dll), project delivery (methodology, contoh deliverables, working paper, dll), dan informasi-informasi lain yang tentunya resourcesnya bersifat global. Dari situ saya bisa belajar consulting di negara lain seperti apa.
Pada dasarnya masing-masing bagian di atas butuh ruang tersendiri untuk dijelaskan lebih banyak. Mungkin di lain kesempatan saya bisa tulis lebih komprehensif.
Best Company for Consulting Skill Development
Kemudian muncul pertanyaan, sebaiknya dimana harus berkarier untuk mengembangkan skill di bidang consulting ini? Pada dasarnya setiap perusahaan adalah tempat terbaik untuk belajar. Namun setiap orang pasti punya perbedaan preferensi. Karena minat dan preferensi saya di perusahaan consulting global, maka tentunya jika ada pertanyaan yang diajukan ke saya, saya akan jawab berkarier di perusahaan consulting global adalah pilihan terbaik. Untuk daftar perusahaan top consulting companies bisa dilihat di ini, ini, ini . Kalau saya pribadi sampai saat ini masih lebih prefer berkarier di Big 4. Kenapa? Mungkin pembaca bisa baca artikel yang pernah saya tulis tentang kelebihan berkarier di big 4. Kalau saya rangkum, kurang lebihnya benefitnya seperti berikut:- Exponential learning curve
- Opportunity to take on large amounts of responsibility very early in your career
- You will work with incredibly smart and successful people every single day
- You will have every opportunity to prove yourself and succeed
- Annual promotion (good career path)
- World-class experiences and International opportunities
- Exposure to high ranking client personnel, including executives
- Stamp of approval on your resume
Kesimpulannya adalah untuk mendapatkan service yang premium tentunya biayanya tidaklah murah. Ada alasan tertentu mengapa klien mau mengeluarkan uang lebih untuk menggunakan jasa perusahaan consulting global seperti Big 4, MBB (McKinsey, BCG, Bain), Accenture, dsb. Perusahaan global dan lokal punya pasarnya sendiri, walaupun di banyak kesempatan pasti ketemu di tender. Sekali lagi, tulisan ini adalah subjektif dari pengalaman saya pribadi. Saya yakin rekan-rekan punya preferensi yang mungkin berbeda.
Sekian tulisan singkat saya. Semoga bermanfaat :)
Salam,
Eryk Budi Pratama